Bagaimana Tantangan dan Peluang Pendidikan Olahraga di Era Society 5.0, ini kata Profesor Akhmad Sobarna

Prof.Dr.Akhmad Sobarna, S.Pd,.M.M,PD, bersama keluarga. Foto Istimewa. (Dok.)"

Pada bagian ini sudah jelas, bahwa kedudukan Pendidikan Olahraga masuk pada ruang lingkup kegiatan yang pertama, yaitu masuk pada kategori Olahraga Pendidikan. Dimana kemudian pada pasal 18 ayat 1 nya disebutkan bahwa olahraga pendidikan penyelenggaraannya bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan guna membangun gaya hidup sehat aktif sepanjang hayat. Kemudian juga pada ayat 2 nya disebutkan bahwa: Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan, baik pada jalur pendidikan formal melalui kegiatan intrakurikuler dan/ atau ekstrakurikuler, maupun nonformal melalui bentuk kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya bahwa setiap pendidikan olahraga yang dilakukan dapat melalui jalur formal seperti di sekolah-sekolah, maupun non formal seperti di akademi-akademi olahraga.

Nah, khususnya di sekolah-sekolah kita mengenal dan mengetahui satu mata pelajaran yang membidangi kegiatan olahraga, yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan atau lebih dikenal dengan singkatan PJOK. Namun, nampaknya ada hal yang menarik pada bagian ini, yaitu mengenai paradigma dari sebagian orang yang mungkin ini juga masih sering terjadi dikalangan para guru PJOK itu sendiri, yaitu mengenai hakekat dari Pendidikan Jasmani dan juga Pendidikan Olahraga. Walaupun pada dasarnya aktivitas ini dilakukan oleh jasmani/tubuh, akan tetapi kedua arti tersebut memiliki konsep yang berbeda.

Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan siswa serta merangsang interaksi siswa dengan siswa lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.

Baca Juga :  Kadisdik Jabar Bahas Mulok Pencaksilat Bersama IPSI Jabar

Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang – cabang olahraga tertentu. Kepada siswa diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah “hasil” dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Yang sering terjadi pada pembelajaran “pendidikan olahraga” adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan siswa. Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan.

Melihat perbedaan kedua konsep tadi secara singkat, jelas nampaknya terlihat bahwa pada dasarnya antara Pendidikan jasmani dengan Pendidikan olahraga memiliki beberapa perbedaan dalam segi implementasinya. Pendidikan Jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara pendidikan olahraga. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional melalui aktivitas fisik. Artinya program pendidikan jasmani merupakan sebuah program pendidikan melalui aktivitas gerak atau permainan dan olahraga, dimana dalam pelaksanaannya mengandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu dipilih hanya sebagai alat untuk mendidik.

Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah.

Baca Juga :  Kumpulan Kegiatan yang Bisa Anda Lakukan Selama Bulan Puasa Ramadhan Berlangsung 2023

Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk “kelompok mampu‟ kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang mampu.

Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut “perasaan berhasil” tadi, dan anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring dengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan.

Nah.., sedangkan dalam konsep Pendidikan Olahraga atau bisa dikenal dengan sebutan Sport Education itu ialah suatu Kurikulum dan atau model pengajaran yang dirancang untuk penyampaian program pendidikan jasmani di tingkat sekolah dasar dan menengah, sebagai bagian dari proses pendidikan untuk mengembangkan dan membina potensi jasmani dan rohani seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat, sehingga nantinya orang tersebut akan merasa senang untuk berolahraga, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Internasional Council of Sport and Physical Education mengatakan bahwa pendidikan olahraga dapat diartikan sebagai setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam.

Tujuan dari pendidikan olahraga yaitu untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani pada setiap manusia. Selain itu, pendidikan olahraga juga bertujuan untuk melahirkan sosok warga negara yang sportif, jujur dan sehat, bukan sosok warga yang bringas, sadis, dan brutal. Namun lebih dari itu, pada hakekatnya tujuan dari pendidikan olahraga itu sendiri sebetulnya adalah untuk mempersatukan peserta didik dalam rangka memajukan olahraga yang ada saat ini.

Baca Juga :  Peletakan Batu Pertama Pembangunan PAUD DI Desa Arpal Oleh Bupati Iksan Iskandar

Model ini juga pada dasarnya agar dapat membuat peserta didik memiliki sifat yang kompetitif, dapat melatih keterampilan motorik, melatih keterampilan khusus olahraga yang diajarkan kepada peserta didik agar dapat berprestasi dan memenangkan kejuaraan. Maka dari itu, segala materi yang diajarkan dalam ruang lingkup pendidikan olahraga adalah hanya sebatas pada teknik-teknik di cabang olaharaga yang dipelajarinya, serta menggunakan aturan yang sudah menjadi standar agar mereka merasakan seperti ada pada situasi dan kondisi perlombaan/pertandingan yang sesungguhnya. Singkatnya adalah bahwa pendidikan olahraga merupakan pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.

Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan ada interface, tidak sama namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik, tegasnya aktivitas otot-otot besar atau big muscle activity, bukan fine muscle activity. Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan.