Bagaimana Tantangan dan Peluang Pendidikan Olahraga di Era Society 5.0, ini kata Profesor Akhmad Sobarna

Prof.Dr.Akhmad Sobarna, S.Pd,.M.M,PD, bersama keluarga. Foto Istimewa. (Dok.)"

Maka dari itu, mari kita coba runtun setiap pembahasan tadi menggunakan pendekatan analisis SWOT, sehingga nanti kita akan mendapatkan hasil kajian bagaimana menanggapi tantangan dan memanfaatkan peluang pada sektor Pendidikan Olahraga di era Society 5.0 ini.

Sedikit pengulasan mengenai analisis SWOT itu sendiri adalah merupakan suatu metode atau cara dalam mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluan dan ancama pada suatu organisasi. Walaupun banyak teori yang menyebutkan bahwa kebanyakan penggunaan analisis SWOT ini digunakan untuk bidang bisnis di perusahaan, namun secara realnya teknik analisis ini juga bisa digunakan di sektor-sektor lain. Khususnya pada bidang olahraga, analisis SWOT juga sudah banyak digunakan dalam beberapa penelitian dalam merencanakan strategi untuk kemajuan dan peningkatan olahraga. Maka dari itu, Sekarang mari kita bahas satu persatu.

Strenght (Kekuatan)

1. SDM (Para Akademisi & Praktisi) yang berkualitas

Para pakar di bidang Pendidikan Olahraga, khususnya di Indonesia sangat banyak dan cukup memiliki kompetensi yang berstandar, baik nasional maupun internasional. Ini nampaknya menjadi salah satu kekuatan yang kita miliki. Tidak hanya itu, para programer atau pembuat web dan aplikasi, kiranya kita memiliki banyak sekali talenta.

2. Penggunaan gedget yang semakin meningkat. Ini juga menjadi salah satu kekuatan yang bisa kita gunakan, terutama dalam percepatan informasi terkait dengan penyebarluasan program pendidikan olahraga.

3. Kebijakan Pemerintah mengenai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang sekiranya harus mulai dari sekarang harus diimplementasikan, sehingga kebijakan tersebut juga nampaknya bisa menjadi salah satu kekuatan untuk mengatasi tantangan di era Society 5.0.

4. Hasil riset yang menunjukan, bahwa generasi milenial lebih tertarik atau suka dengan kegiatan olahraga.

Weakness (Kelemahan)

1. Fasilitas yang terkadang masih sangat minim di setiap satuan pendidikan, tidak hanya mengenai sarana dan prasarana, tetapi juga keluasan akses internet yang masih sangat terbatas dan belum merata.

2. Kurang dilibatkannya orang tua sebagai pengawas dan pengontrol peserta didik di luar sekolah, sehingga tidak peserta didik justru menampilkan karakter yang kurang baik di luar sekolah.

Oportunity (Peluang)

1. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu pesat, karena ini akan menjadi peluang bagi para pelaku di sektor pendidikan olahraga untuk bisa berkolaborasi dengan para pelaku usaha ataupun industri olahraga untuk membuat platform digital, sebagai langkah dalam meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat untuk berolahraga.

Baca Juga :  Satdik Pastikan Data Pendaftar PPDB 2022 Diverifikasi

2. Kampanye melalui jalur Formal dan Non formal. Hal tersebut maksudnya adalah, sekarang ini sudah mulai dibentuknya sekolah-sekolah khusus olahraga di beberapa daerah, seperti di Jakarta, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Jawa Timur dan Kalimantan Timur, ini akan menjadi peluang untuk meningkatkan tujuan pendidikan keolahragaan kita.

Threats (Ancaman)

1. Games (Permainan-Permainan) digital yang semakin banyak, yang cenderung akan lebih menarik minat pengguna, terutama dikalangan anak-anak sampai dewasa. Ini kiranya yang menjadi ancaman, khususnya di sektor pendidikan olahraga, karena dikhawatirkan akan mengurangi aktivitas fisik masyarakat dan akhirnya menyebabkan penurunan kembali indeks kebugaran jasmani masyarakat.

2. Berkurangnya jam pelajaran olahraga di sekolah, khususnya ini terjadi di kelas XII. Bahkan ada isu yang sempat beredar bahwa mata pelajaran olahraga ini akan ditiadakan bagi siswa di sekolah menengah atas, khususnya kelas XII, dengan alasan agar bisa konsentrasi pada ujian akhir sekolah.

Berdasarkan kajian dari analisis SWOT tersebut, nampaknya sudah dapat tergambarkan hal apa yang sekiranya bisa kita lakukan untuk menghadapi tantangan dan membaca peluang tersebut. Setidaknya disini saya akan memberikan dua hal yang sekiranya menjadi sangat penting untuk dilakukan, yaitu :

Pertama, berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan suatu keterampilan dalam mengolah berbagai informasi dan fakta secara rasional dan sistematis guna memperoleh kesimpulan yang akurat dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pengolahan di sini dimaksudkan sebagai suatu upaya menghubungkan, membandingkan, dan atau mengevaluasi antara informasi dan fakta. Oleh karena itu, data menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan.

Perlu kiranya membuat suatu ekosistem dikalangan para pelaku olahraga, baik guru, para pelatih, akademisi dan praktisi lain untuk mampu berpikir kritis yang memungkinkan tanggung jawab profesional terinternalisasi menjadi sebuah kebiasaan dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Disinilah diperlukan yang namanya penalaran logis, interpretasi, analisis, dan evaluasi informasi yang akurat untuk membuat keputusan yang dapat diterima dan dapat diandalkan oleh sebagian besar pihak.

Kedua, adalah Inovasi. Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu upaya dalam memperbaiki sesuatu hal tidak hanya berhenti dengan berpikir kritis saja, namun harus ada langkah nyata selanjutnya yang tentunya berpedoman pada cara berpikir kritis tadi, yaitu adalah dengan cara berinovasi atau melakukan pembaharuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru baik berupa perangkat atau cara kerja. Perkembangan teknologi informasi, termasuk kecerdasan buatan di zaman sekarang ini, tentunya menjadi peluang dalam memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pelaku olahraga untuk melakukan inovasi. Materi dari guru atau penagajar tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, namun sekarang dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang lain seperti internet, youtube, website, dan beberapa media sosial. Sumber belajar ini sangat mudah diakses oleh peserta didik, dimana diawal sudah ditampilkan data mengenai penggunaan gedget yang telah megalami peningkatan, dan tentunya yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Baca Juga :  Sebanyak 48 Wartawan Ikuti UKW BUMN Angkatan 45- 46 PWI Provinsi Sumatera Selatan

Karena, jika guru hanya mengandalkan pertemuan formal mingguan 2×40 menit, kecil kemungkinan tujuan pembelajaran akan tercapai, terutama terkait peningkatan kebugaran jasmani siswa. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata seperti membuat program aktivitas fisik harian agar siswa mempunyai gerak yang cukup. Kegiatan aktivtas harian ini sebagian besar dilakukan di luar sekolah dengan pantauan guru atau pelatihnya. Namun kiranya, jika pemantauan tersebut dilakukan secara tradisional tentu saja besar kemungkinan untuk tidak dapat dilakukan secara optimal, apalagi dalam menghadapi jumlah siswan yang banyak. Maka dari itu, disinilah kiranya perlu dilakukannya tindakan kolaborasi untuk membuat perangkat teknologi seperti misalnya “Pemantau Aktivitas Fisik Harian” yang dapat memonitor aktivitas fisik para penggunannya. Dengan perangkat tersebut, guru dapat dengan mudah memantau aktivitas fisik siswa secara akurat dan akuntabel.

Salah satu contoh kita ambil dari Negara Asutralia, sebagaimana kita ketahui bahwa negara ini menjadi salah satu negara di Asia yang bidang keolahragaannya sangat baik. Salah satu program untuk membangun aktivitas fisik adalah dengan menerapkan kegiatan olahraga setelah jam sekolah. Para profesional di bidang olahraga bekerjasama mencari dukungan pemerintah untuk membiayai program ini dan membentuk kemitraan dengan pihak sekolah, club olahraga lokal dan juga masyarakat. Program ini dibiayai pemerintah di setiap daerah untuk anak-anak usia sekolah dasar agar bisa mendapatkan akses gratis untuk melakukan aktivitas fisik setelah jam pelajaran sekolah, yaitu sekitar jam 15.00 – 17.30. Dimana program ini berlandaskan pada prinsip FISH (Fun, Inklusif, Safe/Aman dan High Involvement/Terlibat Aktif), yang tujuannya secara umum adalah memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang berkualitas, aman dan terstruktur.

Baca Juga :  SMA Negeri 2 Lembang Gelar Kegiatan Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila

Kegiatan ini dilaksanakan mulai di lingkungan sekolah, di club olahraga, misalnya di club sepakbola, balai kota, dll. Kegiatan inipun dilaksanakan bukan hanya oleh guru saja, tetapi orang tua, mahasiswa, anggota club, dan juga sukarelawan yang bertanggung jawab pada kegiatan tersebut. Bahkan tidak hanya itu, pada program ini juga siswa dapat terlibat sebagai pengelolanya. Hal ini berdasarkan pada pemikiran bahwa masa depan negara tergantung pada anak-anak dan generasi mudanya. Segala inisiatif untuk peningkatan dan pelestarian nilai dan kegiatan olahraga dianggap sebagai investasi untuk masa depan.

Disamping itu, terdapat beberapa fakta dari hasil penelitian tentang bagaimana aktivitas olahraga memiliki efek positif pada otak manusia dan bagaimana olahraga berdampak positif pada fungsi kognitifnya. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa dengan olahraga memungkinkan terjadinya pertumbuhan sel otak, sel-sel saraf atau neuron menjadi lebih kuat dan tangguh, pengiriman implus menjadi lebih cepat dan pelepasan hormon meningkat. Sehingga dengan dampak tersebut aktivitas olehraga mengakibatkan peningkatan kemampuan untuk menyimpan memori, meredakan stress, kecemasan dan depresi, serta juga menjaga sel saraf untuk tetap sehat.

Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan tadi, maka kiranya ada beberapa poin penting yang dapat dijadikan kesimpulan pada basahan ini, yaitu:

1. Perkembangan zaman yang begitu pesat sekarang ini memang menjadi sebuah tantangan tersendiri disemua sektor, tidak terkecuali olahraga. Namun, hal tersebut kiranya tidak perlu dibuat cemas dan dianggap menjadi masalah besar, karena di setiap permasalahan pasti selalu akan ada solusi. Justru setiap tantangan tersebut harus dijadikan peluang untuk kita mennjadi lebih baik.

2. Profesionalitas dari setiap pekerjaan perlu dibentuk menjadi sebuah ekosistem yang berkesinambungan, sehingga para pelaku olahraga akan terlatih dan terbiasa untuk selalu berpikir kritis dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

3. Pendidikan olahraga pada dasarnya bertujuan untuk mempromosikan masyarakat untuk mau berolahraga, dimana sebetulnya secara tidak langsung bertujuan meningkatkan bukan hanya kualitas hidup dirinya tetapi juga untuk tercipta masyarakat yang berkualitas.