KAB.BANDUNG BARAT, jurnalisbicara.com – Kurikulum Merdeka yang diprogramkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kurikulum Masagi yang diluncurkan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Menjadi kurikulum yang akan membentuk siswa di abad ke 21 untuk siap menghadapi masa depannya.
Kepala SMAN 1 Lembang, Drs. H. Suhendiana Noor, M.M.Pd menjelaskan, pelaksanaan kurikulum merdeka merupakan upaya pemerintah untuk mendorong pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan berkelanjutan dalam era Sustainable Development Goals (SDGs) hingga 2030.
“Hadirnya kurikulum tersebut merupakan dukungan kepada The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebuah organisasi yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. SMAN 1 Lembang ini menjadi percontohan nasional dalam pelaksanaan di lingkungan satuan pendidikan. Sehingga banyak dari sekolah di luar daerah, provinsi atau luar pulau Jawa berkunjung ke sini untuk studi banding,” jelasnya saat wawancara khusus bersama media cetak dan online di kantornya, Jl Maribaya 68, Lembang, Bandung Barat.
Lebih lanjut Suhendiana memaparkan melalui kurikulum ini siswa diarahkan agar memiliki kreatifitas yang tinggi dalam memecahkan masalah atau mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
“Siswa dibentuk agar berpikir kreatif dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Peduli dengan kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi. Bentuk pencapaiannya ada 17 goals diantaranya tentang pendidikan yang berkualitas, hidup dengan sanitasi yang sehat. Kebutuhan energi yang terjangkau, pekerjaan layak untuk pertumbuhan ekonomi. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan melalui Industri, Inovasi dan Infrastruktur untuk berkurangnya kesenjangan. Dan penanganan perubahan iklim, kemitraan global untuk mencapai tujuan, perdamaian atau keadilan dan yang lainnya,” ucapnya.
Khusus SMAN 1 Lembang program pelaksanaan pembelajarannya berbeda dengan sekolah merdeka atau penggerak lainnya. Sekolah ini menerapkannya dengan basis tematik, integratif & kolaboratif. Misalnya antara guru dan guru lain menganalis dari mata pelajaran yang dikolaborasikan. Lalu mencari tema yang tepat untuk dimasukan ke lembar kerja peserta didik yang berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) untuk menghasilkan karya / produk. Dari pembelajaran berbasis proyek yang merupakan model pembelajaran berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar secara berkelompok.
Menurutnya, antara tujuan pembelajaran kurikulum merdeka dan masagi sangat cocok disinegiskan. “Hanya ada perbedaan dalam konteks, khusus kurikulum masagi proses pembelajaran siswanya diarahkan agar memiliki nilai-nilai, Niti Surti, Niti Harti, Niti Bukti dan Niti Bakti yang menjadi budaya kearifan lokal di Jawa Barat,” katanya
Suhendiana mengungkapkan dari banyaknya kurikulum yang ada, diharapkan dapat membentuk siswa Pelajar Pancasila perwujudan pelajar Indonesia kedepan. Sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Diantara cirinya yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.