BANDUNG – Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), sikap perasaan (affection feeling), dan tindakan. Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, peserta didik akan menjadi cerdasnya. Kecerdasan emosi menjadi bekal penting bagi siswa dalam meraih masa depan dan berhasil menghadapi tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Karakter bangsa yang perlu dikembangkan dan dibina melalui pendidikan nasional haruslah sejalan dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 tentang Tujuan Pendidikan Nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara demokratis dan bertanggung jawab. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi agama dan moralitas.
Pembelajaran paradigma baru adalah pembelajaran dengan penguatan soft skill dan project based learning (PBL) agar terjadi link and match antara SMK dan industri. Dengan demikian, pembelajaran bisa lebih mendalam dan memungkinkan terjadinya kegiatan inkuiri (proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan) yang membangun kompetensi dan kemampuan bernalar kritis serta berpikir kreatif yang dinilai penting di abad 21. Selain itu, pembelajaran dilandasi Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja (P5BK) diharapkan lulusannya bisa bekerja, melanjutkan kuliah, dan berwirausaha. Pembelajaran ini pun akan menghasilkan lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja masa kini dan masa depan.
Dalam konteks disrupsi perubahan dunia pekerjaan dan profesi, kebutuhan skill baru dan polarisasi pertumbuhan sosial ekonomi; sistem sekolah dasar dan menengah mendapatkan kritikan untuk lebih mengembangkan peran dalam menyiapkan sumber daya manusia di masa depan. Model pendidikan harus mengadaptasi perkembangan anak dengan menciptakan skill-skill yang lebih inklusi, kohesif, dan produktif.
Project penguatan P5BK merupakan usaha Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan penguatan karakter pribadi serta persiapan peserta didik SMK untuk memasuki dunia kerja, dengan tetap menjunjung tinggi
dan menerapkan nilai-nilai yang ada dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila. Project penguatan P5BK akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter, sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitar. Dalam project ini, peserta didik SMK memiliki kesempatan mempelajari tema-tema atau isu penting, seperti perubahan iklim, antiradikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, kehidupan berdemokrasi, kedisiplinan, kebekerjaan, dan budaya kerja. Sehingga, peserta didik SMK bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai tahapan belajar dan kebutuhannya. Project penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitar.
Dengan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan mencarikan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar melalui project, juga memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar dalam struktur belajar yang fleksibel, kegiatan belajar yang lebih interaktif, terlibat langsung dengan lingkungan sekitar, serta menyiapkan peserta didik ke dunia kerja.
Ada 7 tema dikembangkan berdasarkan isu prioritas yang dinyatakan dalam peta jalan pendidikan nasional dan 2 tema kebekerjaan dan budaya kerja yang penting di SMK untuk kebutuhan dunia kerja. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu sesuai jurusan yang dipilih. Adapun 9 tema tersebut adalah: 1) gaya hidup berkelanjutan; 2) kearifan lokal; 3) Bhinneka Tunggal Ika; 4) bangunlah jiwa dan raganya; 5) suara demokrasi; 6) berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI; 7) kewirausahaan; 8) kebekerjaan; 9) budaya kerja.
SMK dapat mengembangkan tema menjadi topik yang lebih spesifik sesuai dengan budaya, kondisi sekolah, dan kebutuhan dunia kerja. Sekolah diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil guna dikembangkan, baik untuk setiap kelas, angkatan maupun fase. Setiap tema bisa terjadi pengulangan pada setiap tingkatan, namun harus mengalami peningkatan informasi yang diberikan. Contoh kegiatan yang ada dalam panduan merupakan referensi untuk satuan pendidikan guna melakukan suatu project. Jadi, bukan suatu hal yang harus dilakukan. Satuan pendikan bebas menentukan kegiatan selama kegiatan tersebut memenuhi prinsip-prinsip project P5BK, yaitu holistik, berpusat pada peserta didik, eksploratif, dan kontekstual. Dalam membuat kegiatan, satuan pendidikan juga harus memperhatikan kompetensi keahlian peserta didik serta kebutuhan dunia kerja. Untuk kebutuhan dunia kerja, satuan pendidikan harus melakukan konsultasi dengan DUDI yang menjadi partner melalui MoU untuk mendiskusikan project yang paling tepat.
Keterlibatan peserta didik dalam project penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan unsur penting. Peserta didik bisa dilibatkan sejak awal perencanaan sampai pada masa refleksi dari kegiatan. Peserta bisa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai minat dan kelebihan yang dimiliki. Project penguatan ini juga dapat menginspirasi peserta didik untuk memberikan kontribusi dan dampak bagi lingkungan sekitar. Karakter yang terbentuk pada peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi dirinya, mencintai bangsanya, dan mampu menjawab tantangan zaman di era global ini. Sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan karakter karena sekolah merupakan pusat pembudayaan yang strategis dalam pembentukan karakter positif peserta didik. (Red).**