Tiba-tiba teringat almarhum papa yang sudah kembali ke sang pemilik kehidupan. Saya bersyukur, dengan kondisiku yang sangat terbatas tapi atas perkenaan sang pemilik kehidupan saya bisa menemani kesunyian yang papa rasakan di masa tuanya yang dalam kondisi stroke berat, Tuhan memberikanku kesempatan dengan merawat, menghiburnya, saling bercerita, saling berdebat, bertukar pikiran. Ya saya bersyukur masih memiliki kesempatan menemani papa untuk merasakan kembali, kehidupan yang dulu kala sering kami lakukan bersama saat saya masih usia kanak-kanak, Dan di usiaku kemarin yang tak muda lagi masih bisa merasakan kasih sayangnya orang tua kepada anaknya, yakni Almarhum papa Abed Nego Toepa Paonganan.
Banyak hal yang saya lakukan bersama papa, kadang saya membawa papa ke tempat yang dulu sering dikunjunginya dan ada cerita ditempat tersebut yang kemudian menjadi sebuah peristiwa bersejarah besar dalam karirnya sebagai sosok profesional. Selebihnya lebih banyak mendengarkan cerita hidupnya di masa lalunya, dan ada berbagai cerita hidupnya yang tak satu orangpun papa ceritakan terkecuali hanya kepada saya seorang yang saat papa dalam menceritakannya papa bercerita tanpa beban sedikit pun. Pikirku saat itu, selagi hal tersebut menyenangkan papaku maka aku akan selalu setia berjam-jam mendengarkan cerita papa.
Papa memiliki bakat dalam bercerita, kalau dalam istilah saat ini dikenal sebagai seorang story telling/storyteller. semua kisah hidupnya diceritakan dengan penuh makna disertai dengan mimik muka yang menyesuaikan alur perjalanan hidupnya. Kalau crita tentang kesedihan, raut mukanya sedih tapi apabila bercerita tentang keisengan masa mudanya maka papa akan ketawa terbahak-bahak, tak ketinggalan cerita heroiknya diceritakan dengan penuh ketegangan disertai dgn mimik muka yang super serius. Ya itulah masa-masa Indah yang hampir setiap hari kami lakukan bersama papa, di kala papa masih ada di dunia ini.
Hingga suatu malam papa memanggilku ke kamarnya untuk dinaikkan ke tempat tidurnya dan papa memelukku erat kemudian membisikan kalimat “terimakasih nak sudah temani papa, jangan pernah menyerah dgn keadaan dalam berjuang”. Itulah kisah terahir yang bisa kuingat bersama papa. Hingga di pagi hari saat akan membangunkan papa kembali dari tempat tidurnya yang sering saya lakukan bersama cucunya, kudapati papa bengong dan tak mengenalku lagi dan tak mengenal juga dirinya sendiri, kondisi tersebut terus berlanjut hingga hampir sebulan lamanya dalam perawatan di RS dan papa pergi tuk selamanya meninggalkanku, meninggalkan kami anak cucunya tuk kembali ke sang empunya kehidupan. Ya, yang ku ingat saat papa masih sadar, yakni saat malam terakhir papa memelukku dgn kasih sayang penuh cinta, walaupun papa tak mengenal dirinya lagi pada esok harinya dan hampir sebulan hingga menghembuskan nafas terakhirnya, ku imani dan ku yakini papa pergi dengan damai membawa “pergi cinta” dan kenangan akan kasih sayang dari semua keluarga dan pihak yang terus care dengan papa selama papa terkena storke 8 tahun lamanya.
Pesan yang ingin ku sampaikan di cerita hidupku ini, buat teman-teman yang mungkin saat ini masih diberikan kesempatan menemani dan merawat orang tuanya, saya hanya ingin menyampaikan bahwa rawatlah dan temanilah dengan penuh sukacita, nikmati semua proses yang ada, lakukan hal-hal yang terbaik yang bisa kamu lakukan karena waktu yang teman-teman alami saat ini hanyalah sementara saja. Akan ada masa dimana kita masih ingin melakukan hal menyenangkan orang tua dan kita, tetapi semuanya sudah tidak akan mungkin dilakukan oleh karena kematian yang memisahkan kita dengan orang yang kita sayang dan cintai dalam hidup ini.
Semoga tulisanku ini bisa memberikan semangat kepada kawan-kawan yang sementara “mungkin” bingung bagaimana membagi waktu mengurus orang tua, percayalah akan kekuatan Doa kepada Tuhan yang maha kuasa, imani dan percaya semua akan baik-baik saja selebihnya Nikmatilah prosesnya. Semangat selalu buat kawan-kawan seperjuangan.
Jakarta, 12 Februari 2025
Abta Paonganan