Ketahui Solusi Sistemis Agar Bencana Tidak Berulang, Simak Penjelasan Berikut ini?

Kentalnya paradigma pembangunan sekuler kapitalistik membuat para penguasa kurang memiliki sensitivitas dan keinginan serius untuk menyolusi kebencanaan sejak dari akarnya.

Inilah konsekuensi jika dalam tata aturan kehidupan termasuk bernegara tidak menyertakan pemahaman agama di dalamnya. Ajaran agama dikerdilkan, hanya berlaku pada ranah individu, sedangkan bermasyarakat dan bernegara mengikuti aturan-aturan yang dibuat manusia.

Walhasil, kepemimpinan pun tidak berjalan sesuai dengan petunjuk wahyu. Padahal, jika tidak dengan wahyu maka hawa nafsulah yang akan memimpin. Pun demikian dengan karakter pemimpin akan bertolak belakang antara yang dipimpin.
Bila kita melihat cara pandang Islam terkait fungsi kepemimpinan maka kita akan dapati tolok ukur yang jauh berbeda.

Islam menetapkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah mengurusi urusan umat (rain) dan menjaga mereka (junnah). Oleh karenanya, penguasa wajib mengerahkan segala daya untuk menyejahterakan umat dan menjauhkan mereka dari semua hal yang membinasakan. Bahkan bukan hanya untuk urusan di dunia, tetapi juga urusan akhirat rakyatnya.

Dalam konteks kebencanaan, para pemimpin Islam dituntut untuk melakukan berbagai hal demi mencegah bencana, sekaligus menghindarkan masyarakat dari risiko bencana. Yang paling mendasar adalah dengan cara menerapkan aturan dan kebijakan yang tidak merusak lingkungan atau melakukan dan membiarkan hal-hal yang bisa mengundang azab Allah Swt..

Adapun basisnya adalah pelaksanaan perintah Allah yang tercantum dalam Al-Qur’anul Karim,

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di bumi!’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.’” (QS Al-Baqarah: 11)
Atau firman Allah,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Baca Juga :  Tingkatkan Pelayanan Birokrasi, Bupati Jeneponto Sodorkan Fakta Integritas

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum : 41)

Juga hadis Nabi saw.,
“Jika zina dan riba tersebar luas di suatu tempat, sungguh mereka telah menghalalkan atas diri mereka sendiri azab Allah.” (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Ath-Thabrani)

Dari paradigma ruhiyah inilah, semua kebijakan penguasa akan diturunkan. Tolok ukur satu-satunya hanyalah syariat Islam, bukan kepentingan pribadi, golongan, apalagi kepentingan para pemilik modal. Terlebih Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai sistem politik, ekonomi (termasuk keuangan), sistem sosial, sanksi, hankam, dan sebagainya. (Red).*