Oleh Sumiati
Pendidik Generasi
Mahasiswi PAI
“KECELAKAAN lalu lintas, bukan hal yang asing, tetapi hampir setiap detik, beritanya berseliweran di televisi atau pun di media sosial. Hal tersebut cukup menumbuhkan rasa takut bagi masyarakat.”
Dikutip dari tirto.id. Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri menyatakan angka kecelakaan tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode 2023. Meskipun, jumlah angka kecelakaan masih terbilang tinggi, namun penurunannya mencapai 12%.
“Data di kita ada 152.000 lebih kejadian kecelakaan lalu lintas dan korban meninggal dunia ada 27.000 lebih. Artinya, tadi setiap 1 jam ada korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal dunia di jalan raya,” kata Kakorlantas Polri, Irjen Aan Suhanan kepada wartawan, Minggu (15/12/2024).
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab maraknya kecelakaan lalin, dan semua saling terkait ke masalah sistem lalin sendiri. Mirisnya negara malah menyalahkan rakyat sebagai pengguna jalan, terlebih tanpa evaluasi pelayanan infrastruktur transportasi yang diberikan. Banyaknya kendaraan yang ada di Indonesia berkaitan dengan kebijakan otomotif yang ditetapkan oleh negara. Akibatnya banyak kendaraan yang berada di jalan raya, sementara di sisi lain infrastruktur jalan tidak dijamin dalam kondisi layak dan mudah serta aman untuk dilalui.
Apalagi prosedur perbaikan jalan berbelit dan tidak mudah dilaksanakan. Klasifikasi jalan juga menghambat kecepatan terwujudnya perbaikan jalan yang rusak, meski urgen dan bahkan sudah memakan korban. Di sisi lain, negara juga abai atas pendidik untuk keamanan berkendara termasuk dalam proses penerbitan SIM. Hal-hal teknis menjadi persoalan ketika paradigma negara sebagai pengurus rakyat tidak terwujud. Kemudian dari setiap kejadian tidak dijadikan pelajaran yang membuat pola ada perbaikan. Akhirnya laka lantas tak kunjung tuntas.
Islam menjadikan penguasa memperhatikan kondisi jalan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai pengurus kebutuhan rakyatnya. Islam sangat memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan jalan, bahkan untuk binatang pun tak luput dari perhatian. Dalam suatu kisah kepemimpinan sahabat Umar bin Khattab, beliau berkata:
“Jika ada seekor unta mati karena disia-siakan tidak terurus, aku takut Allah meminta pertangungjawaban kepadaku karena hal itu. Karena unta tersebut berada di wilayah kekuasaannya, Umar yakin ia bertanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya. Ketika unta itu mati sia-sia; entah itu akibat kelaparan, tertabrak kendaraan, atau terjerembab di jalanan karena fasilitas yang buruk, khawatir Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya nanti di hari kiamat,” ucap Umar bin Khattab.
Tanggung jawab dari seorang khalifah untuk rakyat yang dipimpinnya sangat luar biasa. Islam juga memiliki sistem ekonomi yang baik, yang bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat akan berbagai fasilitas penting, apalagi jika dibutuhkan segera dan mendesak. Ada mekanisme anggaran mutlak tanpa batas waktu untuk kebutuhan seperti ini, sehingga memudahkan solusi tuntas. Ada sumber dana yang beragam menjamin ketersediaan dana yang dibutuhkan. Sehingga setiap permasalahan bisa terselesaikan.
Wallahu a’lam bishshawab.