KOTA SUKABUMI, jurnalisbicara.com – SCG, pemimpin bisnis regional melalui anak perusahaannya di Indonesia, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi melanjutkan rangkaian program SCG ASIK bagian dari (PPM) Program Pemberdayaan Masyarakat perusahaan di bawah pilar Kesehatan.
Pada tahun 2023 Program SCG ASIK pertama kali diperkenalkan sebagai dukungan upaya strategis Pemerintah dalam mencapai target prevalensi stunting Indonesia melalui pengenalan khasiat daging ikan sebagai menu sehari-hari yang mudah diolah dan terjangkau.
SCG ASIK telah dilaksanakan pada 17-24 September di lima desa di sekitar area operasi SCG di Sukabumi, yakni Desa Kebonmanggu, Sirnaresmi, Tanjungsari, Wangunreja, dan Sukamaju, melibatkan sebanyak 61 masyarakat sasaran. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan, Pemerintah Desa, puskesmas, dan kader posyandu, tahun ini, program ini menyasar ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anak balita dengan status gizi kurang.
Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, Perampas Waiananawat menjelaskan, “SCG ASIK merupakan program lanjutan dari PMT (Program Makanan Tambahan) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2019 bersama puskesmas di lima desa. Kami percaya generasi unggul masa depan negeri tercipta melalui pengetahuan dan peningkatan kualitas gizi sejak dini. Dalam memerangi stunting, dibutuhkan intervensi kolaboratif yang akan mengoptimalkan anggaran, sumber daya, dan keahlian untuk menciptakan ekosistem yang mendukung bagi orangtua dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya.
SCG ASIK berupaya membekali para ibu dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan anak-anaknya melalui pemenuhan gizi yang baik. jelasnya.
Stunting masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitif dan kinerja jangka panjang karena perkembangan otak yang tidak optimal. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menemukan bahwa prevalensi stunting nasional sebesar 21,5% turun sekitar 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menargetkan prevalensi stunting mencapai angka 14% di tahun 2023. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, pun mengatakan bahwa stunting adalah permasalahan kompleks yang dipengaruhi aspek kesehatan, pola asuh, dan lingkungan.
SCG ASIK dirancang untuk mengatasi masalah stunting melalui pendekatan terhadap aspek-aspek tersebut. Dengan dukungan dan kolaborasi bersama dinas-dinas terkait dan pemerintah setempat. Melalui SCG ASIK, ibu hamil dan ibu balita diberikan edukasi mengenai pentingnya konsumsi daging ikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.
Tahun ini, pelaksanaan SCG ASIK kembali disesuaikan dengan program pemerintah yang tengah berjalan. Program difokuskan pada pemulihan anak atau balita dengan status Gizi Kurang melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal dengan cara memberikan Makanan Tambahan 1 kali sehari selama 1 bulan penuh. Menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi yang telah ditentukan oleh puskesmas dan akan didistribusikan oleh kader setempat.
Siska salah satu peserta SCG ASIK. mengatakan, sebelumnya saya tidak pernah memikirkan pentingnya nilai gizi yang disantap oleh anak saya. Ternyata, diperlukan pengetahuan dalam memilih makanan bergizi untuk anak. Saya merasa terbantu dengan adanya Program Makanan Tambahan setiap harinya yang telah disesuaikan nilai gizinya oleh puskesmas sehingga saya bisa belajar juga bagaimana memberikan dan menyajikan makanan yang tepat bagi anak saya,” ucapnya.
Kepala Puskesmas Nyalindung Ibu Siti, mengapresiasi SCG yang telah berupaya mencapai prevalensi stunting. “Tahun ini, sasaran dari pencegahan stunting adalah anak-anak yang terindikasi Gizi Kurang sehingga diharapkan anak-anak tersebut tidak naik ke tahap stunting.” katanya.
Sedangkan Kepala Desa Tanjungsari Ilah Habilah menyampaikan, “Program SCG ASIK sangat bermanfaat, terutama dalam memotivasi para ibu untuk lebih memahami pentingnya protein bagi tumbuh kembang anak. Kami juga semakin menyadari potensi besar sumber ikan di desa kami, sehingga harapannya upaya pengurangan angka stunting di desa kami akan lebih mudah dan cepat tercapai.” ucapnya
Kontribusi sosial seperti SCG ASIK di Sukabumi merupakan perwujudan dari komitmen ESG 4 Plus di SCG yakni landasan operasi perusahaan yang dipersonalisasi dari kerangka kerja ESG (Environmental, Social, dan Governance) global. ESG 4 Plus terdiri dari empat komitmen utama; Mencapai Nol Bersih Emisi per Tahun 2050 (Set Net Zero), Mewujudkan Industri Hijau (GO Green), Menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan Merangkul Kolaborasi (Embrace Collaboration), dengan Keadilan dan Transparansi di setiap operasi (Plus). (ald)